KH. Imam Zarkasyi sebagai Pahlawan Nasional

November 11, 2014

KH. Imam Zarkasyi

Kalau Cak Nur disebut Guru bangsa, HNW disebut Moslem Negarawan, Pak Hasyim Disebut Cendikiawan Muslim, Cak Nun disebut budayawan Muslim, KH Abu Bakar Ba’asyir disebut Muassisu Al-Khilafah fi Indonesia, Alm KH Idham Khalid disebut peletak dasar Politik NU, Pak Din Syamsudin disebut pengajar Bangsa, KH. Hasyim Muzadi benteng Islam dari serangan liberalisasi, ….LALU APA SEBUTAN YANG PANTAS BAGI GURU MEREKA yg telah mengajarkan dan membuka wawasan mereka tentang dunia Islam??

Jika ada yg mengusulkan KH Imam Zarkasyi sebagai pahlawan nasional, saya akan tampil di barisan terdepan dalam mendukumgnya..


Takut Hidup Mati Saja

November 8, 2014

Mata ini terpekur sayu.

Memandang tanah kuburan di depan saya. Inilah makam Kyai saya. Makam pendiri Pondok Modern Gontor. Pesantren yang telah melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh penting di negeri ini. Beliau sudah wafat puluhan tahun yang lalu.

Tapi nasehat-nasehat beliau senantiasa terngiang di telinga ini seakan-akan beliau masih ada. Beliau masih mendampingi kami disini. Seakan-akan beliau turut hadir menyaksikan riuh rendah para santri yang menghafal pelajaran.

Menyaksikan ketegangan para santri yang sedang praktikum mengajar. Menyaksikan gelombang semangat para santri yang sedang berlatih pidato. Menyaksikan para santrinya berkreasi dalam seni dan berprestasi dalam olah raga. Meskipun beliau sudah tiada.
Tak terasa mata ini menetes. Membayangkan beliau meletakkan pondasi dasar pendidikan pesantren ini. Teringat kembali salah satu nasehat beliau yang terkenal sekali : BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI, TAKUT MATI JANGAN HIDUP, TAKUT HIDUP MATI SAJA.

Sebuah filsafat kehidupan yang begitu tepat dan mengena. Sebuah simbol dari kerasnya perjuangan di masa lalu yang senantiasa berhadapan dengan kematian. Sebuah “fatwa” yang memantik semangat para santri untuk senantiasa berjuang dan berusaha maksimal dalam kehidupan, sebab dia selalu berada dibawah “ancaman” kematian yang sewaktu-waktu bisa saja datang menghampiri.

BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI. Sebab kematian adalah haq. Dia pasti akan datang menghampiri kepada siapapun yang bernama makhluk hidup. Maka hidup ini memang tidak lain dan tidak bukan hanyalah hamparan perjuangan untuk menggapai kematian yang Mulia. Dia sekedar mampir ngombe (numpang minum) kata orang jawa, dan bukan mampir wedangan (minum kopi). Kalau misalkan minum kopi itu ada santainya, ada ngobrolnya, ada acara nunggu hangatnya kopi dulu. Tapi ini numpang minum. Setelah dahaganya hilang, maka ya sudah selesai.

Sebentar sekali, sangat sebentar. Maka kesanggupan kita untuk mengarungi kehidupan ini, haruslah berbading lurus dengan kesiapan kita menghadapi kematian.

Kenapa kita harus lari dari kematian? Bukankah kemanapun kita pergi, kematian akan datang menghampiri jika waktunya tiba? Kesiapan kita-lah yang membuat kita berani menghadapinya. Kesiapan menghadapi kematian yang akan datang seaktu-waktu seharusnya bukanlah membuat kita duduk termenung dan atau memikirkan kapan datangnya kematian itu.

Justru karena kita tidak pernah tahu kapan datangnya kematian itu maka seharusnya kita lebih serius lagi bekerja dan beribadah. Lebih serius lagi menuntut ilmu. Lebih serius lagi berusaha. Lebih banyak lagi menolong orang dan tidak pernah mengeluh.

Sebab keluhan hanya datang dari orang yang kehilangan kepercayaan bahwasanya akan ada hari pembalasan dimana sedikit apapun amal perbuatan manusia akan ditampakkan. Orang yang punya keyakinan dan keimanan akan hal itu, sama sekali tidak pernah mengeluh kepada Allah. Karena dia yakin, bahwa apa yang dia perbuat selama ini tidak pernah luput dari perhatian Allah. Bahwa apapun yang diperbuat orang, kelicikan orang, kebohongan yang orang lakukan dihadapannya, tidak akan dapat terlepaskan begitu saja dari pandangan Allah. Dan masing-masing akan menerima balasannya. Maka oleh karena itu, kematian adalah pintu bagi seseorang itu untuk menembus hari pembalasan itu.Saya ingat sekali kata-kata Almarhum Guru Saya, KH Imam Badri dalam sebuah ceramah beliau :

“Jika ditanya orang berapa usia saya. Maka saya akan menjawabnya …saya baru saja berusia 65 tahun. Kenapa saya harus katakan demikian dan bukannya “Saya sudah berusia 65 tahun…” ?? Karena saya baru saja menikmati 65 tahun perjalanan panjang saya. Saya baru saja lahir di dunia ini, lalu kemudian akan mati menuju alam barzakh, lalu dikumpulakn di padang makhsyar, lalu masuk di hari pengadilan untuk dimasukkan ke syurga atau na’udzubillah ke neraka. Jadi masih panjang perjalanan saya ini…makanya saya jawab begitu…”

TAKUT MATI JANGAN HIDUP. Jika ketakutan akan kematian menjadi sebuah hal yang mengganggu anda, ya sebaiknya jangan hidup. Sebab hidup pasti mati. Karena sekali lagi bahwa kematian adalah pintu bagi kita untuk berpindah alam. Setiap makhluk hidup itu terdiri dari dua hal : Ruh dan Jasad. Hal ini sudah dibuktikan bahkan secara ilmiah, bukan sekedar doktrin keagamaan.

Di Amerika, sebuah organisasi ilmuwan menbuktikan hal itu. Bahwa sebelum manusia itu mati, maka berat badannya lebih berat beberapa Mili Gram dibandingkan ketika dia sudah meninggal. Ada yang hilang dari tubuhnya ketika dia mati. Itulah Ruh. Dan itulah sebenarnya inti dari kehidupan.

Ya, jasad tanpa ruh akan kehilangan harganya. Jasad tanpa ruh bahkan lebih hina dari patung manusia. Jika ada patung manusia yang mirip dengan aslinya, maka orang akan berfoto dengannya, membersihkannya, mengelapnya, merawatnya. Tapi jika sebuah jasad tanpa ruh terbujur kaku di pembaringan, maka jangankan mau berfoto, bahkan mendekat-pun, jika lebih dari dua hari orang sudah tidak akan mau. Bahkan Istri dan anak yang katanya cinta sehidup dan semati-pun, hanya akan mengantarnya sampai ke keburan, tidak ada yang mau ikut-ikutan masuk menemani si jasad tanpa ruh.

Maka sesungguhnya yang menggerakkan tubuh ini, yang memikirkan tubuh ini, yang mempercantik tubuh ini adalah Ruh. Maka perhatikanlah “makanan” ruhani ini. Sebab ruh-lah yang mengatur senang atau susahnya hati ini. Karena Ruh-lah kunci segala ketenteraman yang ada. Sebab Ruh-lah yang mengunci segala keberanian dan menjadikannya kekuatan. Jika Ruh ini kuat, maka kekuatan batin dan kedahsyatan fikiran akan membuat semuanya menjadi nyata. Konsep “The Secret” yang digagas oleh Rhonda Byrne telah membuktikannya. Bahwa hanya dengan modal keyakinan yang utuh dan kekal saja, maka semua mimpi yang kita bayangkan akan menjadi nyata. Nah, jika memang Ruh adalah kunci dari semua kebahagiaan yang ingin kita rengkuh, maka berilah “makanan” yang bergizi kepada Ruh ini. Kedekatan kepada Tuhan, seringnya bercengerama dengan Tuhan, menyebut-nyebut selalu asma-Nya disetiap kesempatan adalah makanan bergizi itu. Bersyukur, berharap, berdoa, memohon, mengadu kepada-Nya atas segala persoalan dan tantangan adalah “jajan” dari Ruh. Meninggalkan semua yang dilarang, menjauhi apa yang Tuhan benci adalah salah satu cara menghindar dari “bebal”-nya Ruh yang kita miliki ini. Maka sungguh, kekuatan Ruhani-lah yang membuat kita tidak terbebani beban kehidupan. Untuk berani mengatakan bahwa saya siap untuk mati, karena kematian tidaklah mematikan Ruh, tapi sekedar memindahkan Ruh dari jasad.

TAKUT HIDUP, MATI SAJA. Ini adalah kategori terhina dari dua golongan sebelumnya. Bayangkan saja, jangankan membayangkan kematian, bahkan hidup dan mengisinya dengan kebaikan saja dia ketakutan. Padahal Allah sudah membekalinya dengan bekal yang teramat cukup untuk mengarungi kehidupan ini. Jasad yang sehat, akal yang sempurna, anggota tubuh yang komplit, rekan hidup yang baik, dan nama yang baik pula, belum tercemar namanya. Sungguh hanya kemiskinan ruhani saja yang membuatnya terbebani dengan semua beban kehidupan ini. Bahkan saking miskinnya, dia tidak lagi memikirkan pertanggung jawaban semua bekal yang Allah sudah berikan kepadanya untuk mengarungi kehidupan, dan memilih untuk mengakhirinya. Ini adalah Golongan orang-orang tercela, yang bahkan kita dilarang menyolatkan jenazah orang yang matinya karena bunuh diri. Karena dia adalah orang yang menyerah oleh keadaan, orang yang angkat tangan sebelum perang, orang yang mendendangkan irama kematian sebelum kehidupan dia jalani. Sungguh hina, sungguh tercela.
….

Saya tak habis-habis menangis di makam ini. Betapa para pendiri pesantren ini, dengan dilandasi jiwa yang ikhlas dan peluh yang bercucuran telah berjibaku dengan sejarah. Kemudian telah mengemasnya menjadi sedemikian cantik untuk dikenang sebagai sebuah ladang perjuangan. Sebuah medan juang yang telah mereka kelola dengan satu tujuan luhur : membina umat untuk senantiasa berani hidup dan siaga mempertahankan agama Allah. Ya, Agama ini akan selalu dan senantiasa, perlu dibela, dibantu dan diperjuangkan.

Wallahu a’lam


Nasehat KH. Hasan Abdullah Sahal

September 14, 2014

1. Tidak ada pekerjaan di dunia ini yang tidak ada hubungannya dengan akhirat. Menangis ada hubungannya dengan akhirat, tertawa, menyanyi, dan semuanya ada tanggungjawabnya di akhirat. Akan ditanya menangismu untuk apa? Tertawamu sebabnya apa? Menyanyimu landasannya apa? Al insaanu hayawanun mas’ul. Hanya debu yang tidak dimintai pertanggunjawaban di akhirat. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Semuanya berkewajiban sama. Sebab manusia sudah menyatakan mampu untuk menjaga amanah menjadi khalifah di muka bumi ini. Maka tidak ada dikotomi pekerjaan dunia dan akhirat. Waspada! Disinilah syetan dan iblis akan memulai langkah pertamanya!

2. Lembaga pendidikan pesantren akan dirusak, disikat, dihancurkan dengan kebarat-baratan, sistematis, logis, egois, hewanis. Lembaga pesantren berjiwa modern. Modern pola pikirnya, modern semangatnya, modern orientasinya, modern pemimpinnya. Siap memimpin dan siap di pimpin. Karena tujuannya sama munzirul qoum. Maka terus berusaha untuk terus menjadi baik karena itu adalah kewajiban. Tapi merasa lebih baik itu adalah penyakit. Bedakan!

3. pertinggilah filsafat hidupmu. Jangan hidup seperti orang lain! Kalau kamu hidup hanya untuk melakukan pekerjaan yang sudah dilakukan pendahulumu, lebih baik kamu tidak usah lahir ke dunia ini! Dan yang sudah hidup tidak perlu mati! Itulah yang disebut jiwa!

4. Pesantren terus maju karena terus bergerak. Pergerakan membawa banyak barokah dan pelajaran. Penuh dengan barokatologi. Berhenti dari pergerakan berarti diam, mati, tidak ada aktifitas, tidak ada barokah. Pesantren tidak bisa dipimpin oleh orang yang cerdas, pinter, dan kaya saja. Pesantren hanya bisa dipimpin oleh orang yang mau bergerak. Cerdas bergerak, pinter bergerak, kaya bergerak hasilnya dahsyat! Ini yang ditakuti musuh Islam. Lihat! Banyak orang Islam yang cerdas, pinter dan kaya dihentikan dan dibatasi pergerakannya dengan jabatan.


Arsitektur Tata Bangunan Gontor

September 11, 2014

Ketika saya di Aceh untuk melakukan pencarian tanah untuk pembangunan Gontor 10, ada dua tanah yang masuk pencarian kami (saya, Ust Jarman, Ust Nursyahid, dan Alm Ust Arifin).

Tanah yang pertama datar, landai, mirip struktur tanah Gontor Puteri Mantingan, yang akhirnya dibeli Gontor untuk cabang yang ke 10.

Tanah yang kedua konturnya tinggi rendah tapi dipegunungan, dekat sekolah kepolisian dan Politeknik di daerah situ. Susasananya Indah sekali, saya fikir ini akan cocok untuk pembangunan pesantren, meski mungkin bentuknya agak unik, jadi Rayonnya (asramanya) tidak lagi per bangunan, tapi mungkin per Blok. Soalnya konturnya indah sekali, mirip-mirip situasi di Gontor VI magelang menurut saya. Apalagi yang punya tanah Cuma menghargai tanahnya dengan dua tiket Haji Plus, murah sekali.

Ketika hal itu saya sampaikan ke Ust Nursyahid sebagai penanggung jawab pembangunan di Gontor,beliau menjawab dengan tegas :

“Kita itu sedang membangun pesantren Ust, bukan Hotel. Tanah yang antum bilang menarik tadi itu, mahal sekali pembangunannya, karena bentuk tanahnya yang naik turun tidak rata itu. Kita ini pesantren yang punya system, nah system itu meliputi semuanya, termasuk pembangunan Asrama. Sistem Mudabbir (pengasuh asrama yang diisi anak kelas Lima) di Gontor itu hanya bisa efektif dengan penggunaan minimum 3 kamar dalam satu asrama. Kalau dibawah itu, misalkan kita buat satu atau dua kamar dan dibikin Asrama itu per Blok, justru itu akan membuat Bahaya, karena sedikit anggota dengan Mudabbir itu justru akan membuat suasana tidak kondusif. Dan lagi, pak Kyai menghendaki Masjid di Gontor itu diletakkan di arah paling barat, maka antum bisa lihat di Gontor dan Gontor Cabang itu Masjid pasti diletakkan sebagai bangunan paling dominan di sebelah Barat. Ini biar Para santri yang beribadah itu Fokus, tidak terganggu oleh aktifitas lain selain peribadatan. Nah, di tanah itu susah sekali kalau mau mendirikan masjid di sebelah barat, karena tekstur tanah di Arah barat naik turunnya terlalu parah. Itulah ust, Gontor menciptakan system yang itu harus di dukung juga dengan bangunan yang didirikannya…..”

Satu lagi ilmu yang saya dapatkan dari Gontor, Arsitektur Gontory…


Menjadi Istri Guru GOntor itu berat

September 8, 2014

“Gontor itu sudah puluhan tahun berdiri dan menerapkan kaderisasi. Dulu susah sekali menemukan kader di Gontor ini. Karena Gontor memang berprisnip Berjuang, to Give, sampai mati. Kesejahteraan itu diperhatikan, tapi bukan tujuan utama. Nah, sekarang ini Alhamdulillah Gontor sudah maju,kesejahteraan Guru meningkat, maka berbondong-bondonglah orang yang mau jadi kader. Saya takutnya mereka melihat kepada kesejahteraannya, bukan pada perjuangannnya, bukan kepada proses To Give-nya, bukan kepada proses tanpa pamrihnya. Semoga saja dugaan saya ini salah 100%. Maka itu, Gontor punya cara tersendiri, punya ciri tersendiri untuk mengatur kader. Maka diaturlah bahwa kader itu harus 100% tunduk kepada pimpinan dan pengasuh Gontor, tanpa reserve. Sampai “milih bojo” sekalipun, harus sepersetujuan pimpinan. Saya masih ingat pak sahal bertanya setengah menyindir : “Dadi bojone Kader kuwi abot, lha kuwi arep ngrewangi opo arep Ngrusuhi??” (Jadi istri kader itu berat, itu mau membantu atau merusak?). Jadi aturan ini dibuat berdasarkan pengalaman Gontor, bukan pengalaman baru kemarin sore, tapi pengalaman yang sudah bertahun-tahun….”

(KH Hasan Abd Sahal, ketika penanda tanganan Kader)

Demi Allah, ini berat sekali. Saya merasakan berat sekali. Dan saya tidak sanggup menanggungnya, Astaghfirullah….Semoga teman-temanku yang memilih berjuang sebagai kader di Gontor bisa Istiqomah, berjuang, ikhlas, lillah…Gontor memang terlalu besar untuk debu kecil dan kotor seperti saya..Semoga saya bisa lebih memperbaiki diri lagi ketika diluar seperti sekarang ini…


Naehat wanita Pak Hasan

Juni 1, 2014

“Kalau di uji dengan harta, maka Insya Allah anak-anakku sudah seiap menghadapinya, karena di sini kalian sudah diajarkan bagaimana berkerja dan beramal dengan penuh keikhlasan itu. Kalau di Uji dengan Tahta, Insya Allah anak-anakku sudah siap menghadapinya. Karena di Gontor sudah dilatih dan dibina di organisasi, di naikkan, diturunkan,
Baca entri selengkapnya »


Suasana Ujian di Gontor

Mei 31, 2014

ujian di gontor

Ini saat liburan menjelang Ujian di Gontor. Liburan betul-betul untuk belajar. Para santri belajar di luar kelas, dengan Guru-guru bekeliling seantero kampus untuk menjawab pertanyaan tentang pelajaran yang belum difahami santri. Yup, Gontor menyebutnya sebagai PESTA, karena ini lah saatnya pengetahuan santri itu diuji, apa sudah layak naik tingkat atau belum…

“….bahkan ada yang sakit kepala dan demam, jadi sembuh karena belajar habis-habisan….” (KH Imam Badri)


Jumat Gontor Lama

Mei 21, 2014

1231562_582067088517050_800382270_n

ini adalah suasana Sholat Jumat di Pondok Modern Gontor di tahun 1970-an. Sederhana sekali, masjid jami’ belum ada, dan sholat Jumat dilangsungkan di masjid Pusaka dan gedung Madrasah (sekarang gedung ADM). Dulu yang menjadi Imam Sholat Jumat adalah KH Rahmat Soekarto, kakak tertua trimurti, sampai kemudian beliau meninggal digantikan oleh KH Ahmad Sahal. Jamaahnya meluber sampai dengan Pendopo. Baca entri selengkapnya »


Gontor diserbu PKI tahun 1948

Januari 30, 2014

Gontor 1948…Ketika meletus pemberontakan PKI di Madiun, Gontor yang cuma berjarak 30 KM dari Madiun terkena dampaknya. Banyak para santri yang tidak mendapat kiriman uang dari orang tuanya, sehingga para Kyai harus berkorban.

Ibu Sutikah (Istri KH Ahmad Sahal) haruslah menjual perhiasan emasnya untuk biaya hidup para santri. Ibu Zarkasyi bahkan harus menjual satu2nya mesin jahit yang beliau miliki untuk perjuangan.

Tapi apa daya, PKI dan kekuatannya telah sampai di Ponorogo. Maka diaturlah perjalanan Hijrah ini atas inisiatif para santri. Pak Sahal dan Pak Zarkasyi akan di ungsikan ke timur, ke arah Gua Kusumo (di daerah Suren, saat ini) beserta keluarganya. Sedangkan pondok akan dijaga oleh KH Rahmat Soekarto, sebagai kakak tertua sekaligus lurah di Desa Gontor, dan beberapa orang santri yang menyamar jadi pak Zar dan Mbah Sahal. Baca entri selengkapnya »


Professionalitas Mbah Sahal, menanti Pak Zar untuk menyusun Kurikulum

Januari 29, 2014

kh-ahmad-sahal

KH Ahmad Sahal  sejak semula sudah dipandang sebagai Kyai yang disegani masyarakat.

Mbah Sahal, demikian beliau biasa di panggil, adalah seorang Kyai dengan tauhid dan aqidah yang luar biasa, mengingat jaman itu khurafat dan kemusyrikan merajalela.

Beliau adalah salah satu Kyai yang berani mengacak-acak sebuah tempat pemujaan di Selatan kota Ponorogo. Yang disitu terdapat sebuah patung kepala Raksasa yang di keramatkan, dan semua orang takut datang ke situ.

Dengan berani beliau datang ke tempat itu, bahkan menduduki patung itu dengan berani, untuk menunjukkan bahwa patung-patung itu benda mati yang “La Yanfa’ wa laa Yadlurru” (Tidak bermanfaat dan tidak berbahaya)  Baca entri selengkapnya »


Kenapa di Gontor tidak ada Organisasi Wali Murid

Januari 20, 2014

calon pelajarSebagaimana layaknya sekolah-sekolah lain, biasanya akan dibentuk lembaga orang tua murid atau semacamnya, untuk memberi masukan kepada sekolah tentang proses pendidikan yang terbaik. Tapi ini tidak terjadi di Gontor, kenapa? Baca entri selengkapnya »


Definisi Keikhlasan di Gontor

Januari 19, 2014

KH. Imam Zarkasyi

Muhammad Athiyah Al-Abrasi, seorang ahli pendidikan dari Mesir berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlakul karimah yang merupakan fadhilah dalam jiwa anak didik. Sehingga anak akan terbiasa dalam berfikir dan berperilaku insaniah, berpegang pada moralitas tinggi tanpa memikirkan keuntungan-keuntungan material.

Dengan kata lain, menurut Al-Abrasi tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia.Sebenarnya ada banyak tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan para ahli, namun semuanya berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya sebagaimana firman Allah dalam surat at Takwir ayat 27.
Baca entri selengkapnya »


Kenapa Anak Tidak Kerasan di Gontor?

Januari 18, 2014

Seorang ibu bertanya kepada saya tentang mengapa Anak santri Gontor Banyak yang tidak kerasan?. Kening saya berkerut, setidak kerasan apakah di Gontor??

Lalu kemudian saya jawab, kalau dia anak baru, maka sebulan sampai tiga bulan itu wajar bila tidak kerasan, namanya juga proses adaptasi. Saya saja yang orang Ponorogo selama dua minggu masih menangis kok. Baca entri selengkapnya »


Bahan Ajar Kurikulum Gontor Itu Sederhana

Januari 17, 2014

Gontor itu kurikulumnya sederhana sekali. Muthala’ah-nya (reading bahasa Arab) adalah mata pelajaran SD di Mesir. Nahwu-nya (grammar Arab) juga menggunakan nahwu wadih, bukan kitab Alfiyah atau Jurumiyah.

Pelajaran reading-nya juga sederhana sekali, sebuah buku dari oxford yang berusia hampir 1 abad, itu diajarakan dari kelas 1 sampai kelas 6, tanpa ada pergantian kurikulum (makanya ada yang kakeknya dulu santri Gontor, bukunya masih bisa diwariskan kepada cucunya).

Maka itu jika ada yang menanyakan kurikulum Gontor, jika bukan Alumni maka tidak akan diberikan. Karena biasanya akan berakhir kepada cibiran, bagaimana Gontor mengajarakn santri-santrinya dengan mata pelajaran kuno seperti itu? Baca entri selengkapnya »