Nasehat KH. Hasan Abdullah Sahal

September 14, 2014

1. Tidak ada pekerjaan di dunia ini yang tidak ada hubungannya dengan akhirat. Menangis ada hubungannya dengan akhirat, tertawa, menyanyi, dan semuanya ada tanggungjawabnya di akhirat. Akan ditanya menangismu untuk apa? Tertawamu sebabnya apa? Menyanyimu landasannya apa? Al insaanu hayawanun mas’ul. Hanya debu yang tidak dimintai pertanggunjawaban di akhirat. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Semuanya berkewajiban sama. Sebab manusia sudah menyatakan mampu untuk menjaga amanah menjadi khalifah di muka bumi ini. Maka tidak ada dikotomi pekerjaan dunia dan akhirat. Waspada! Disinilah syetan dan iblis akan memulai langkah pertamanya!

2. Lembaga pendidikan pesantren akan dirusak, disikat, dihancurkan dengan kebarat-baratan, sistematis, logis, egois, hewanis. Lembaga pesantren berjiwa modern. Modern pola pikirnya, modern semangatnya, modern orientasinya, modern pemimpinnya. Siap memimpin dan siap di pimpin. Karena tujuannya sama munzirul qoum. Maka terus berusaha untuk terus menjadi baik karena itu adalah kewajiban. Tapi merasa lebih baik itu adalah penyakit. Bedakan!

3. pertinggilah filsafat hidupmu. Jangan hidup seperti orang lain! Kalau kamu hidup hanya untuk melakukan pekerjaan yang sudah dilakukan pendahulumu, lebih baik kamu tidak usah lahir ke dunia ini! Dan yang sudah hidup tidak perlu mati! Itulah yang disebut jiwa!

4. Pesantren terus maju karena terus bergerak. Pergerakan membawa banyak barokah dan pelajaran. Penuh dengan barokatologi. Berhenti dari pergerakan berarti diam, mati, tidak ada aktifitas, tidak ada barokah. Pesantren tidak bisa dipimpin oleh orang yang cerdas, pinter, dan kaya saja. Pesantren hanya bisa dipimpin oleh orang yang mau bergerak. Cerdas bergerak, pinter bergerak, kaya bergerak hasilnya dahsyat! Ini yang ditakuti musuh Islam. Lihat! Banyak orang Islam yang cerdas, pinter dan kaya dihentikan dan dibatasi pergerakannya dengan jabatan.


Menjadi Istri Guru GOntor itu berat

September 8, 2014

“Gontor itu sudah puluhan tahun berdiri dan menerapkan kaderisasi. Dulu susah sekali menemukan kader di Gontor ini. Karena Gontor memang berprisnip Berjuang, to Give, sampai mati. Kesejahteraan itu diperhatikan, tapi bukan tujuan utama. Nah, sekarang ini Alhamdulillah Gontor sudah maju,kesejahteraan Guru meningkat, maka berbondong-bondonglah orang yang mau jadi kader. Saya takutnya mereka melihat kepada kesejahteraannya, bukan pada perjuangannnya, bukan kepada proses To Give-nya, bukan kepada proses tanpa pamrihnya. Semoga saja dugaan saya ini salah 100%. Maka itu, Gontor punya cara tersendiri, punya ciri tersendiri untuk mengatur kader. Maka diaturlah bahwa kader itu harus 100% tunduk kepada pimpinan dan pengasuh Gontor, tanpa reserve. Sampai “milih bojo” sekalipun, harus sepersetujuan pimpinan. Saya masih ingat pak sahal bertanya setengah menyindir : “Dadi bojone Kader kuwi abot, lha kuwi arep ngrewangi opo arep Ngrusuhi??” (Jadi istri kader itu berat, itu mau membantu atau merusak?). Jadi aturan ini dibuat berdasarkan pengalaman Gontor, bukan pengalaman baru kemarin sore, tapi pengalaman yang sudah bertahun-tahun….”

(KH Hasan Abd Sahal, ketika penanda tanganan Kader)

Demi Allah, ini berat sekali. Saya merasakan berat sekali. Dan saya tidak sanggup menanggungnya, Astaghfirullah….Semoga teman-temanku yang memilih berjuang sebagai kader di Gontor bisa Istiqomah, berjuang, ikhlas, lillah…Gontor memang terlalu besar untuk debu kecil dan kotor seperti saya..Semoga saya bisa lebih memperbaiki diri lagi ketika diluar seperti sekarang ini…


Gontor, Selalu Berusaha Lebih Baik.

Agustus 26, 2014

image

Setelah 10 tahun, akhirnya saya menguatkan hati untuk menelusuri lorong-lorong Gontor dengan jalan kaki. Terlalu banyak kenangan dan entah apakah saya yg mudah terharu ini mampu menahan tiap ledakan kenangan indah.

Dari tahun ke tahun Gontor selalu berubah lebih baik. Bukan sekedar fasilitas fisik, kurikulum ataupun ustad-ustadznya yg sekarang rata rata hafidz Quran. Tapi juga semangat para santrinya yg tetap dan bertambah luar biasa dan antusias bahkan saya rasakan melebihi zaman saya dulu.
image

Saya merasa bahwa 90-100% santri saat ini masuk Gontor karena memang keinginan hati mereka. Bukan karena paksaan orang tua atau karena enggak sengaja seperti saya dulu.

Sehingga mereka begitu antusias ikhlas dan semangat mengikuti ritme kehidupan Gontor yang ketat, keras dan cepat. Hal tersebut menyebabkan hal hal buruk yg diwariskan para senior seperti kami bisa dieliminasi bahkan dihapus tuntas.
image

Ambil contoh seperti disiplin. Zaman “orde baru” dulu, disiplin ditegakkan dengan ancaman hukuman fisik yang bahkan kasarnya melebihi stpdn. Tapi sekarang mereka menjalaninya dengan penuh kesadaran dan antusias. Hukumanya cukup diberdirikan saja.

Hal positif lainya adalah soal rokok. Rokok sekarang sudah menjadi barang “haram”. Tahun 2003 saat mengambil ijazah, saya masih bisa dan menemui para penikmat rokok di seputaran masjid Pusaka dan pendopo yang memang tempat favorit ahli hisap.
There always better generation at Gontor.

Langkah saya terhenti sejenak di hadapan tulisan ini. Teringat almarhum guru yang telah meninggal. Walau ratusan guru terbaik Gontor telah wafat, semoga Allah terus melimpahkan guru guru pengganti yang lebih baik. Patah tumbuh, hilang berganti.
image


Gontor diserbu PKI tahun 1948

Januari 30, 2014

Gontor 1948…Ketika meletus pemberontakan PKI di Madiun, Gontor yang cuma berjarak 30 KM dari Madiun terkena dampaknya. Banyak para santri yang tidak mendapat kiriman uang dari orang tuanya, sehingga para Kyai harus berkorban.

Ibu Sutikah (Istri KH Ahmad Sahal) haruslah menjual perhiasan emasnya untuk biaya hidup para santri. Ibu Zarkasyi bahkan harus menjual satu2nya mesin jahit yang beliau miliki untuk perjuangan.

Tapi apa daya, PKI dan kekuatannya telah sampai di Ponorogo. Maka diaturlah perjalanan Hijrah ini atas inisiatif para santri. Pak Sahal dan Pak Zarkasyi akan di ungsikan ke timur, ke arah Gua Kusumo (di daerah Suren, saat ini) beserta keluarganya. Sedangkan pondok akan dijaga oleh KH Rahmat Soekarto, sebagai kakak tertua sekaligus lurah di Desa Gontor, dan beberapa orang santri yang menyamar jadi pak Zar dan Mbah Sahal. Baca entri selengkapnya »


Definisi Keikhlasan di Gontor

Januari 19, 2014

KH. Imam Zarkasyi

Muhammad Athiyah Al-Abrasi, seorang ahli pendidikan dari Mesir berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlakul karimah yang merupakan fadhilah dalam jiwa anak didik. Sehingga anak akan terbiasa dalam berfikir dan berperilaku insaniah, berpegang pada moralitas tinggi tanpa memikirkan keuntungan-keuntungan material.

Dengan kata lain, menurut Al-Abrasi tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak mulia.Sebenarnya ada banyak tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan para ahli, namun semuanya berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya sebagaimana firman Allah dalam surat at Takwir ayat 27.
Baca entri selengkapnya »


Pak Syukri dan Pak Hasan, dwitunggal penyuplai energi tanpa henti

Januari 13, 2014

pak hasan dan pak syukri1Tahun 1997 saat masih jadi santri baru dan tinggal di gedung sighor baru yang bersebelahan dengan rumah pimpinan. Saya mendengar dan melihat ada huru hara fitnah yang menguji ikatan dwitunggal dua sosok manusia luar biasa ini.

Suasana belajar malam ujian tengah semester yang mencekam semakin menakutkan, karena pondok memberlakukan status untuk menangkal fitnah dari selebaran yang ditulis oleh orang tak bertanggung jawab. Baca entri selengkapnya »


Percaya dan Mengerti Pondok (KH. Imam Zarkasyi)

Januari 11, 2014
KH. Imam Zarkasyi
Kita ini ngaji. Kalau ada orang mengatakan di Gontor tidak ada pengajian, itu orang tidak tahu. Kamu yang ada ini harus tahu dan mengerti. Semua guru harus tahu dan mengerti, karena guru itu bentengnya. Kalau ada serangan musuh, maka guru yang pertama kali sebagai bentengnya. Kalau bentengnya bobol, akan terjadi seperti tahun 1976.

Yang pokok dari yang pokok ialah mengerti. Kamu datang ke Pondok Modern Gontor ini, sudah sampai disini harus kenal. Kenal dan mengerti betul. Yang dikenal jangan kulitnya saja. Yang dikenal hanya aulanya, gedung saudi-nya, masjidnya. Itu perkenalan orang awam. Yang dikenal harus sampai kepada isi dan inti Pondok Modern. Baca entri selengkapnya »


Ilmu Yahanu, Guyonan Pak Hasan

Januari 8, 2014

Pak Hasan 1

“Apa yang tidak bisa kita pelajari ???
Kita semuanya tinggal pada planet yang sama!” (Pak Hasan)

( Guyonan KH.Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor)

“Menurut saya, anak-anak Gontor itu Bahasa Arabnya masih kalah sama LIPIA, nahwu sorofnya kalah sama pondok salaf, ilmu umumnya kalah sama anak SMA, bahasa Inggrisnya juga kalah sama sekolah umum. Tapi memang ada satu ilmu dan kelebihan anak-anak itu dibanding yang lain, dan itu cuma ada di diri mereka, ILMU YAHANU. Baca entri selengkapnya »


Menjaga Sholat Subuh Berjamaah Itu Penting

Januari 5, 2014

abdullah-syukri-zarkasyi“Bila kamu terlambat sholat subuh secara berjamaah, maka kamu juga akan terlambat mendatangi sholat wajib lainya secara berjamaah”

Selepas subuh di bulan Ramadhan di akhir millenium baru, tahun 2000.  Ribuan pasang mata santri kelas lima yang memang tidak diizinkan pulang selama liburan ramadhan berusaha keras menahan kantuk selepas sholat subuh.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakutuhu.
Waalaikum salam warrahmatullahi wabarakutuh.

Sebuah salam yang khas dan menggelora menyentakkan ratusan kepala yang sedang menahan kantuk. Tak ada yang menyangka bila kultum hari ini akan diisi langsung oleh KH. Abdullah Syukri.

Sebuah kejutan, surprise dan tentunya letupan ribuan semangat yang tiba-tiba menyengat layaknya aliran listrik. Baca entri selengkapnya »


Pak Hasan Rebutan Menunggu Datangnya Ninja tahun 1999

Januari 4, 2014

kh-hasan-abdullah-sahalPotret Pak Hasan tahun 1999

“Banyak orang berfikir bagaimana mencari hidup yang lebih baik, tetapi mereka lupa bagaimana mencari mati yang paling baik”

Tahun 1999 adalah tahun dimana ada teror Ninja, tujuanya membunuh para kyai, ulama dan pimpinan pondok pesantren. Serangan yang tak pernah diketahui siapa mereka pelakunya ini akhirnya merembet ke wilayah Madiun dan Ponorogo.

Serangan pertama di wilayah Karesidenan Madiun ditujukan kepada Pimpinan Pondok Modern Babussalam, KH. Hadi Martoyo BA di desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Kebetulan rumah penulis dekat dengan pondok ini. Beruntung beliau selamat, tapi sosok ninja yang sempat berduel dengan beliau hilang di areal persawahan. Baca entri selengkapnya »


Wasiat KH. Abdullah Sahal

November 14, 2012

Wasiat ini pernah saya baca ketika menjadi pengurus perpustakaan OPPM ketika duduk kelas 5-2000. Terus terngiang selama saya belajar di Perguruan Tinggi, menjadi TKI di  Qatar sampai kemudian terlupa karena terlena sibuk mengurus toko kelontong.

SubhanAllah, Allahu Akbar … di era FB tiba-tiba mendapat postingan nasehat ini lagi, seperti mendapat tetesan kesegaran yang luar biasa.

Berikut nasehat beliau yang super sekali:

Wasiat Pak Sahal
Saya berbicara kali ini betul-betul dengan ihlas. Hanya akan saya ambil sedikit-sedikit, dan singkatnya, atau pucuknya saja. Semua yang akan saya sampaikan ini bahkan sedikitnya direkam dan rekaman ini nanti mudah dijadikan buku dan dapat dibaca oleh seluruh umat, sampai sampai pada anak cucu saya sendiri dan anak-anaku sekalian yang ada. Baca entri selengkapnya »