Gempar, Pengakuan Satrio Piningit

GEMPAR SOEKARNO PUTRA (Bagian-III/Habis)

Oleh: (Y.CHANDRA MUAS)
2002-04-02 10:50:52

(Pada Bagian-II Gempar mengisahkan perjalanan hidupnya di saat remaja yang penuh kegetiran. Walau begitu ia mengukir prestasi yang cukup gemilang. Nasib malang masih mengikuti Gempar sampai ke Jakarta.Di ibukota berbagai perlakuan kejam dialaminya. Namun semua ini membuatnya tumbuh menjadi lebih tegar. Bahkan ia meraih berbagai kesuksesan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.)

Di pagi hari Februari 1978, Gempar menapakkan kakinya di Pelabuhan Bitung. Cuaca tenang, panas pun tidak begitu menyengat. “Saya harus tetap ke Jakarta untuk merubah nasib,”tekad Gempar yang hanya berbekal uang Rp 25 ribu, sementara harga tiket kapal ke Jakarta Rp 75 ribu. Di pelabuhan kapal Pelni yang akan ditumpanginya sedang memuat barang. Waktu itu, kapal untuk penumpang, disatukan dengan barang.

Saat petugas lengah Gempar berhasil menyelinap naik kapal, dengan berpura-pura sebagai anak buah kapal (ABK). Satu setel pakaian yang terbungkus kantong plastik, diselipkannya di pinggang celana bagian belakang. Sedang ijazah sebagai modal utama merantau disimpannya dalam sepotong buluh (bambu) kecil, agar tidak rusak.

Pukul 14.00 sirine kapal berbunyi, menandakan kapal segera meninggalkan dermaga. “Hati saya bergetar, airmata saya sempat jatuh, entahlah saya akan selamat di perjalanan. Terbayang wajah Mami (panggilan Gempar untuk ibunya-Red), Opa, juga Oma saya di kampung. Ketika kapal bergerak perlahan meninggalkan dermaga, dari atas geladak, saya saksikan pengantar melambaikan tangan kepada sanak saudaranya yang ada di kapal. Saya pun melambaikan tangan. Tapi tidak tahu lambaian itu saya tujukan pada siapa, karena memang tidak ada yang mengantar kepergian saya. Hati saya cuma berucap, selamat tinggal Manado,” papar Gempar.

Tak lama kemudian lewat pengeras suara diumumkan akan ada pemeriksaan tiket. “Jantung saya langsung berdebar, karena menurut cerita orang-orang, penumpang gelap yang tertangkap di kapal, akan dilempar ke laut lepas oleh ABK,” ujar Gempar.

Ia langsung bersembunyi di sebuah celah yang terletak persis di sisi cerobong asap, posisi yang telah ditandainya sejak siang hari. Begitu petugas pemeriksa datang, Gempar langsung menyelinap ke celah tadi.

“Panasnya luar biasa. Andaikan lebih dari sepuluh menit saya berada di tempat itu, saya pasti mati. Entah kenapa, begitu petugas sampai di tempat persembunyian saya, tiba-tiba hujan turun deras sekali, petugas itu pun pergi. Kemudian dalam keadaan basah kuyup saya turun ke bawah. Saat itulah saya tertangkap oleh seorang ABK. Saya katakan sejujurnya kesulitan saya. Mereka pun akhirnya iba dan memperbolehkan saya menumpang dengan syarat saya membantu berbagai pekerjaan di kapal.  Setelah di kapal ,saya baru tahu kapal yang saya tumpangi tujuan akhirnya Surabaya,” kata Gempar.

Setiba di Surabaya Gempar menyambung perjalanan ke Jakarta dengan naik kereta ekonomi dari Stasiun Pasar Semut Lagi-lagi ia menjadi penumpang gelap dengan bersembunyi di gerbong berisi ternak sapi dan kambing. Keesokkan paginya, Gempar tiba di Stasiun Gambir.

“Saya tercengang menyaksikan Tugu Monas yang menjulang tinggi tidak jauh dari stasiun. Saya sarapan pagi bubur ayam di lapangan Monas. Selanjutnya dari sana dengan naik bis saya menuju ke rumah adik kandung ibu saya, Boy Langelo,yang tinggal di Jalan Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ” tutur Gempar.

KE DUNIA TEATER

Sampai di sana, Boy Langelo kebetulan sedang ada di rumah, karena waktu itu hari libur. “Sambutan Om saya cukup bagus. Sedang isterinya menampakkan wajah tidak suka. Saya ditempatkan di sebuah kamar kecil dan pengap. Beberapa hari di sana, satu persatu dari tiga orang pembantunya mulai diberhentikan. Sebagai orang yang hidup menumpang, di sana saya tahu diri. Saya kerjakan berbagai pekerjaan yang bisa saya lakukan. Namun, karena tidak disukai orang, lama-lama saya tidak betah juga,” papar Gempar.

Kemudian Gempar melamar masuk AKABRI yang pendaftarannya di Kodam Jaya, Cililitan. Semua testing berhasil dia lalui dengan baik. Namun saat test terakhir Pantukhir yang memaksanya berjalan sambil berjongkok, Gempar menolak.

“Saya dibentak karena tidak patuh. Saya bilang, ini bukan zaman feodal.Mereka harus memperlakukan orang dengan wajar. Mungkin karena itu, saya tidak lulus,” ujar Gempar.

Untungnya, saat mendaftar masuk AKABRI, ia berkenalan dengan Dolvi Lomboan seorang bintara remaja Angkatan Udara asal Sulawesi Utara. Mendengar keluhan Gempar, Dolvi lantas mengajaknya tinggal di asrama di Komplek Angkatan Udara Halim Perdanakusumah.

Gempar kemudian keluar dari rumah pamannya. Biaya hidupnya sehari-hari banyak dibantu Dolvi . Ketika Dolvi lulus masuk AKABRI dan harus berangkat ke Magelang, Gempar pun bingung harus tinggal di mana. Untungnya ia masih menyimpan sebuah alamat saudara ibunya, Cherry Pangalila, seorang artis tahun ’80-an yang populer dengan sebutan Cherry Ivone tinggal di Jalan Kebun Kacang ,Jakarta Pusat.

Di rumah Cherry yang ketika masa itu hidup menjanda, lagi-lagi memperlakukan Gempar sebagai pembantu, karena kebetulan ketika Gempar datang, pembantunya berhenti. Mulai dari belanja ke pasar, mencuci, menyetrika pakaian hingga membersihkan rumah, dikerjakannya .” Lagi-lagi saya berfikir, hidup kok! dari  kecil jadi pembantu terus,” keluh Gempar.

Waktu itu Cherry sering ke Taman Ismail Marzuki, tempat berkumpulnya para artis. Diam-diam Gempar pun sering datang ke sana. Di sanalah lewat Dana Christina, seorang artis, Gempar berkenalan dengan Teguh Karya. Sutradara kondang ini kemudian memberi kesempatan pada Gempar menjadi figuran dalam film “Darah Daging” dan “Pengemis dan Tukang Becak”.

Dunia artis ternyata kurang pas bagi Gempar, sehingga ia mengundurkan diri. Suatu hari, tanpa sebab yang jelas, mungkin karena Gempar lalai dengan tugas sehari-hari di rumah, Cherry mengusirnya.” Pakaian saya dibuang ke bak sampah di depan rumah. Pintu pagar pun digembok. Saya tidak boleh masuk.

Dalam keadaan hujan lebat sore itu, saya bingung harus ke mana. Akhirnya saya naik bis menuju rumah Om Boy Langelo. Ternyata paman sekeluarga sudah pindah. Rumah itu kosong. Saat itulah saya ditegur Pak Anwar, tukang buah yang berjualan persis di samping pintu masuk rumah paman saya.”

Tukang buah itu menawari Gempar untuk tinggal di rumahnya, tepat di pinggiran Sungai Gandaria, yang membelah Kebayoran ,Jakarta Selatan. Seminggu tinggal dengan keluarga Anwar, Gempar ikut pedagang buah itu berbelanja ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Ketika Anwar diperlakukan kasar oleh para preman pasar, spontan emosi Gempar meluap. Gempar pun langsung dikeroyok.

“Saya tidak tahu, berapa orang yang saya lawan, yang jelas, saya berhasil merampas salah satu golok mereka dan nyaris menghabisi salah seorang.diantara mereka. Sejak itulah, mereka menganggap saya jagoan. Setiap kali saya datang, mereka memberi uang upeti atau setoran. Lama-lama uang dari hasil begitu bertentangan dengan hati nurani saya, sehingga pekerjaan itu saya tinggalkan dan saya tidak pernah muncul lagi di pasar” ujar Gempar.

MERENTAS JALAN POLITIK

Suatu hari Gempar memberanikan diri melamar pekerjaan di kantor notaris Frederik Alexander Tumbuan di Jl Gandaria Tengah, Kebayoran Baru.  “Karena sama-sama orang Manado, saya langsung menghadap Om Alex. Saya mohon bantuannya untuk mempekerjakan saya sebagai apa saja .Jadi tukang sapu pun tak apa. Akhirnya saya diterima sebagai juru ketik. Gajinya lumayan, bisa untuk hidup  mandiri dan menyewa sebuah kamar di kawasan Radio Dalam, dekat tempat saya bekerja,” kata Gempar.

Tahun 1985, Gempar direkomendir oleh Notaris Alex untuk kuliah. Tanpa hambatan, ia berhasil masuk Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kuliah yang berlangsung dari sore hingga malam ini, kebanyakkan mahasiswanya telah bekerja.

Di Kampus, Gempar cukup dikenal. Selain berwajah mirip Soekarno, sebagaimana sering diolok-olok temannya, ia pun supel dan pandai bergaul. Terbukti, mulai dari Satpam di Fakultas Hukum sampai para dosen senior, kenal padanya. Di samping itu, Gempar pernah menjadi Ketua Senat Ekstensi dan aktif dalam pergerakan mahasiswa lainnya.

Sayang, karena dia kuliah sambil bekerja, membuat masa kuliahnya cukup lama.Ia pun masih sempat memotori pergerakan mahasiswa UI bersama mahasiswa dari universitas lainnya saat aksi Reformasi tahun 1998 berdemontrasi ke Gedung DPR / MPR.

“Sebagai aktivis, waktu itu saya nyaris diculik. Mobil saya sempat dibayang-bayangi orang selama berhari-hari. Bahkan aktivitas sayapun selalu dibuntuti orang yang tidak dikenal,” ungkap Gempar.

Saat itulah namanya mulai muncul. Berbagai koran dan media terkemuka ibukota sering menampilkan sosoknya. Bahkan ia acap pula berorasi di berbagai forum bersama para tokoh terkenal. Di antaranya Rendra, Almarhum Dono Warkop (dosen Fisip UI), Hariman Siregar, Hariadi Darmawan, Roh Basuki dan Adnan Buyung Nasution .

RAHASIA DIBUKA

Menggali ilmu hukum di kampus diiringi praktek karja lapangan sesuai tugasnya di kantor notaris, membuat Gempar begitu matang dalam bidang hukum. Tidak saja di bidang kenotariatan, tetapi juga di bidang kepengacaraan. Terbukti, tahun 1985, walau belum bergelar Sarjana Hukum, dia sudah ditarik sebagai Legal Manager oleh PT. Toshiba Indonesia.

Selanjutnya meningkat sebagai Kuasa Direktur di PT Gemini Electrik Hitachi. Ia kemudian diangkat pula sebagai Ketua Umum Gabungan Elektronik Indonesia, sekaligus sebagai Legal Konsultan pada Hitachi, Toshiba, ITT, Grundig dan beberapa perusahaan lainnya. Tidak hanya itu, ia dipercaya pula sebagai penasehat hukum di TMS Bank dan Tifa Bank.

Sejak dipercaya sebagai konsultan hukum inilah, kehidupan Gempar berubah seratus persen, ibarat siang dan malam. Kini selain punya beberapa rumah di Jakarta, ia pun punya dua mobil yang cukup berkelas, Mercedes Benz dan Hyundai tahun terakhir.

Seringnya Gempar muncul di berbagai televisi saat pelengseran rezim Orde Baru tempo hari, membuat ibunya yang menonton acara tersebut di Manado ketar ketir. Spontan, di penghujung tahun 1998, ibunya menyuruh Gempar pulang ke Manado. Karena kesibukan kerja, Gempar baru bisa pulang, Februari 1999. Begitu masuk ke rumahnya, Gempar terkejut, menyaksikan foto-foto Bung Karno dan ibunya terpajang di ruang tamu. “Ada apa ini ?” tanya Gempar. Sang ibu diam saja, bahkan menoleh pun tidak.

Pertanyaan itu dilontarkan Gempar hampir 3 kali. Ibunya tetap bungkam. Hingga akhirnya habis makan malam, sang ibu memanggil anaknya ke beranda depan. Di sanalah ibunya langsung bicara: “Kamu adalah anak Bung Karno.”

Spontan Gempar mencubiti tangan, pipi dan bagian lain badannya untuk memastikan ia dalam keadaan sadar, tidak bermimpi.” Saya goyang-goyang tubuh Mami, memastikan Mami dalam keadaan sadar,” ungkap Gempar. “Mami sadar,” ujar ibunya sambil membuka dokumen asli pernikahannya dengan Bung Karno yang disimpannya dalam sebuah kopor besi selama puluhan tahun.

Peristiwa ini membuat Gempar tak bisa tidur semalaman. Pikirannya menerawang, “Apakah benar saya anak Bung Karno ?” tanyanya. Sejak itulah ia menelusuri kebenaran nya dengan bertanya kepada orang-orang tua di sekitar tempat tinggal keluarganya di Manado. Hampir semuanya membenarkan. Ketika dia tanya kepada ibunya kenapa tidak diberi tahu dari dulu ?

Sang ibu menjawab, “Kalau Mami buka cerita ini sejak dulu, apakah kamu akan berumur panjang ? Amanat Bapakmu, anak siapa kamu sebenarnya, akan diberitahu, kalau kamu sudah berumur 40 tahun atau kamu sudah matang dalam politik. Kinilah saatnya hal ini Mami buka,” ujar sang ibu  sambil membuka selembar surat dengan tulisan tangan Bung Karno, yang memberi nama anaknya: Muhammad Fatahillah Gempar Soekarno Putra.

Sepulangnya ke Jakarta, Gempar langsung ke makam ayahnya di Blitar, Jawa Timur. Seperti mendapat bimbingan batin, dari Blitar, Gempar Ke Yogyakarta, tepatnya ke pemakaman para Sultan di Imogiri. Di sinilah dia mendengar bisikan gaib yang dia sendiri tidak tahu sumbernya dari mana, membuat dia begitu merinding. “Sebagai Satrio Piningit, kamu harus berlaku adil terhadap rakyat,” tutur Gempar mengingat peristiwa itu.

Atas bimbingan seorang kiyai, di sanalah Gempar mengucapkan dua kalimah syahadat, yang artinya, dia resmi memeluk agama Islam. Hal itu segera dia laporkan pada ibunya di Manado. “Mami ikhlas dan merestui saya jadi Muslim. Bahkan menasehati, agar saya menjadi Muslim yang baik, sebagaimana amanat Bapak,” ucap Gempar.

Sumber: http://www.kartini-online.com

24 Responses to Gempar, Pengakuan Satrio Piningit

  1. Wah seru juga nih 🙂

  2. heryazwan berkata:

    Ada sambungannya lagi, nggak?
    Kalau dibuat novel bisa kayak Laskar Pelangi atau Ratapan Anak “Tiri” ya?

  3. SITI berkata:

    SATRIO PANDHITO, LAHIR DITANAH PAJAJARAN, BERDARAH JAWA, MENETAP DI PINGGIR BATAVIA, USIA 20 – 30 TAHUN, SEORANG LAKI2 SEJATI, MEMEGANG TRISULA WEDA DAN TONGGKAT KOMANDO GARUDA.

  4. gilang berkata:

    hmmhh……… benarkah???

  5. pangeran berkata:

    mmmmmm
    Wele2, boleh juga ceritanya… tp… jgn2 cuma fiktif belaka.
    Terusannya mana?

  6. hadi adi berkata:

    Perjalanannya kesampar kesandung, jangan2 orang ini yang aku cari!!,

  7. Yosep berkata:

    Assal;amu Allaikum Wr Wb
    Bicara Isme Soekarno, kelihatannya sangat sulit untuk ditegakkan pada saat demokrasi liberal saat ini, ini dikarenakan dewasa ini Manusia / Bangsa Indonesia telah terbius oleh candu Kapitalisme dan egois sektoral. Norma Budaya indonesia( yang disampul dengan Agama) telah Pudar .

    Pertanyaannya, Bicara soekarnoisme identik dengan titih titis darah Soekarno, Seorang Megawati yang telah dipercaya Bangsa ini tenyata gagal mengemban amanah Bangsa Indonesia, memang kita menyadari Megawati lahir dan dibesarkan , di Pangkuan kemegahan Sokarno Sebagai Presiden, jadi tak pernah memahami Wong cilik ( Rakyat Indonesia).

    Kalau membaca, kisah Gempar Soekarno Putra, saya sangat terhenyuh, mudah-mudahan beliau bisa mengemban Amanah Trisakti yang diamanahkan dalam pandangan Ayahnya. Namun jika beliau gagal, maka Soekarnoisme akan terkubur selamanya.

    Hal lain, Bangsa Indonesia dari Sabang Sampai Merauke masih merindukan Soekarnoisme, oleh sebab itu, mohon Gempar Soekarno Putra di promosikan di media cetak / elektronik secara maksimal,baik dalam berpidato pemaparan visi dan misi beliau kedepan, karena di beberapa sudut tanah air Banyak Masyarakat yang belum mengenal karakter dan Visioner beliau kedepan terhadap Bangsa NKRI ini.
    Wasalam Wr Wb

  8. adi berkata:

    wah seru bgt…..critanya….

  9. alescale berkata:

    Satrio Piningit adalah simbol dan merupakan tanda peralihan dari keadaan negara yang terpuruk beralih ke masa kejayaan negara Indonesia seperti masa kejayaan kerajaan di Indonesia silam. Satrio Piningit sendiri merupakan simbol pemuda gigih dan berani serta berasal dari kehidupan kelas bawah walaupun sebenarnya masih ada darah kebangsawanan yang mengalir dalam tubuhnya. Satrio Piningit pada saat kelahirannya dan kehadirannya akan disertai tanda-tanda alam. Satrio Piningit adalah orang yang tidak terkenal dari keluarga terbuang, tak pernah hidup dalam kemewahan, bukan seorang prajurit tetapi hati dan jiwanya satria dan sudah mempunyai garis tangan sendiri alias tak akan tergantikan.

  10. Edwin berkata:

    Sungguh terharu saat membaca dan mengikuti kisah Sdr. DR. RM. Gempar Soekarnoputra, SH. Semoga ” Putra Sang Proklamator ” Walaupun selama ini saya adalah KADER Militan PDI-P namun jika beliau jadi dimajukan sebagai CAPRES oleh Partai Barisan Nasional dalam Pemilu 2009 mendatang, maka saya akan “Pindah Ke Lain Hati”.

  11. […] asal Manado, yang “disembunyikan” atas amanat BK sendiri. Baca kisahnya di sini (1), (2) dan (3). Versi lain silsilah keluarga BK –tanpa Jetje– dapat dilihat di sini. Banyak sekali isteri […]

  12. Syaikhunalhadi berkata:

    Mohon maaf kalo saya ikut berkomentar soal cerita Mas Gempar. ceritanya bagus, tapi saya belum percaya dengan klaim bahwa Mas gempar sebagai Satrio Piningit (Satrio yang diramalkan oleh beberapa orang terdahulu dari Tanah Ibu Pertiwi ini). mohon maaf sekali lagi bukan say saya berniat mengecilkan paparan di atas, tapi hendak mengingati saja bahwa tidak ada pemimpin yang dinubuatkan kemudian dia mendeklarasikan kepemimpinannya atau menceritakan ke agungan dirinya sendiri sebelum waktunya memang datang.. kalau pun Mas Gempar adalah Satrio Piningit yang dimaksud nanti tidak seharusnya mas gempar menceritakan kejadian dalam paparan dia atas dalam web ini karena dikuatirkan kesombongan yang akan tumbuh kelak.
    Satrio adalah gelar yang diberikan bukan dari orang itu sendiri melainkan panggilan seseorang yang dianggap oleh sekitar pada umumnya dia itu membela sesuatu hal yang memiliki arti/nilai kemuliaan. sedang Piningit artinya tersembunyi, secara hakiki dia tidak di sangka atu tidak diketahui..
    mudah2an tidak ada yang tersinggung.. mohon maaf sekali lagi.. thanks..
    Salam..

  13. Heryana berkata:

    Kalo saya bukan tidak percaya mas Gempar satrio piningit, yang saya tidak percaya adalah mitos SATRIA PININGIT itu sendiri. wong udah pada pinter kok masih percaya ramalan:)

    Kalo cerita mas Gempar putra bung Karno? bisa dibaca di INTISARI edisi Nopember 2009.

    Selamat berjuang bung Gempar

    Mudah-mudahan tidak menyinggung

    • Moch Nachli berkata:

      Banyak hal yang tidak masuk akal, keunggulan logika tidak dapat membuktikan hal gaib, ramalan adalah usaha manusia membaca apa yang sudah ditulis oleh Tuhan dan tinggal tunggu kenyataan.

      Saya heran berangkat dari Surabaya- Stasiun Pasar Semut besuk pagi sudah berada di Jakarta naik kereta barang yang lemot, jelas cerita bohong gak ada yang dapat dipercaya.

      _Setiba di Surabaya Gempar menyambung perjalanan ke Jakarta dengan naik kereta ekonomi dari Stasiun Pasar Semut Lagi-lagi ia menjadi penumpang gelap dengan bersembunyi di gerbong berisi ternak sapi dan kambing. Keesokkan paginya, Gempar tiba di Stasiun Gambir._

      Stasiun Pasar Semut — gak ada Stasiun ini….yang ada Stasiun Pasar Turi….!

  14. sahrudin berkata:

    KEBENARAN TELAH DATANG

    Ini saya sampaikan, adanya:
    CAHAYA KEBENARAN = CAHAYA ALLAH

    Cahya ini sinarnya terang-benderang berkilauan, menyejukan hati, menentramkan hati, tetapi Cahaya ini akan membakar kepada manusia yang ingkar.

    Cahaya ini yang akan menerangi umat,
    Cahaya itu telah bersemayam pada diri sosok manusia yang mendapat kemuliaan.

    Inilah perjalanan yang saya dapati, untuk berbagi kepada sesama.

    Sungguh Mulia Manusia itu.
    Siapakah beliau?
    Beliau selalu mengajarkan tentang “KEBENARAN” yaitu:
    “HIDUP YANG BENAR” dan “HUKUM YANG BENAR”

    HIDUP YANG BENAR

    1. Jujur.
    2. Sholat.
    3. Yakin, sabar, sadar, tekun, ikhlas.
    4. Jangan punya niat jelek dengan siapapun termasuk setan sekalipun.
    5. jangan merasa apapun.

    Tanggal 6 Juni 2009
    ttd
    Muhammad Gatot Haryanto

    HUKUM YANG BENAR

    1. Yang benar hanya Allah.
    2. Saya hanya punya hak mengatakan benar dan salah.
    3. Saya tidak punya hak mengadili, menghukum, membunuh.
    4. Marah saya karena sayang.
    5. Walaupun disakiti saya tidak punya hak untuk menyakiti.

    Minggu pagi jam 10.00
    Tanggal, 10 Januari 2010
    ttd
    Muhammad Gatot Haryanto

    Ini saya membantu anda untuk coba melihat dan membuktikan sendiri.!!!
    Agar dapat melihat kebenaran yang nyata.!!!
    Jangan sampai nanti hanya tahu, sebatas cerita dan teori.!!!

    Agar dapat melihat jagalah dan bersihkanlah Hati/Qolbu dari segala kotoran yang menyelimuti, termasuk penyakit Hati/Qolbu, untuk itu jauhkanlah, seperti:
    -Iri
    -Dengki
    -Sirik
    -Buruk sangka
    -Sombong
    -Ujub
    -Rakus
    -Tamak
    -Kikir
    -Pelit
    -Munafik
    -Dan lain-lain sebagainya.

    Semoga ini dapat bermanfaat, melihat kebenaran yang nyata. SEKIAN!!!

    Penulis
    SAHRUDIN
    Hp : 081386480007
    E-mail : sahrudin.cipayung@gmail.com
    Blog : http://www.kiblatdunia.blogspot.com

    • Moch Nachli berkata:

      HUKUM YANG BENAR

      1. Yang benar hanya Allah.
      2. Saya hanya punya hak mengatakan benar dan salah.
      3. Saya tidak punya hak mengadili, menghukum, membunuh.
      4. Marah saya karena sayang.
      5. Walaupun disakiti saya tidak punya hak untuk menyakiti.

      Minggu pagi jam 10.00
      Tanggal, 10 Januari 2010
      ttd
      Muhammad Gatot Haryanto
      HIDUP YANG BENAR

      1. Jujur.
      2. Sholat.
      3. Yakin, sabar, sadar, tekun, ikhlas.
      4. Jangan punya niat jelek dengan siapapun termasuk setan sekalipun.
      5. jangan merasa apapun.

      Tanggal 6 Juni 2009
      ttd
      Muhammad Gatot Haryanto

      Penulis
      SAHRUDIN
      Hp : 081386480007

      Yang ditulis oleh SAHRUDIN, merupakan Ajaran sesat tak berdasar….!
      Orang ini tidak tahu kebenaran, kebenarannya hanya terletak pada hawa napsunya, dan didapat dari bisikan setan.

  15. zulfa berkata:

    Masa bodoh, mau gempar mau gempur; yang penting Islam, dengan berpegang pada al-quran dan sunnah nabi Muhammad s.a.w, lalu mempraktekan gaya hidup orang-orang soleh. bukan cerita atau teori ini-itu. Al-‘aliimu katsiirun, al-fa’ilu qaliilun. (yang pinter itu banyak, tp yang melaksanakan cuma sedikit!!)

  16. Tohir berkata:

    Dimana mas gempar skrg

  17. luki berkata:

    yuk yang ngaku satria piningit adu ama sya, sya siap….., coba paranormal liat saya secara gaib dan nyata siapa saya ini lampung….?

  18. Faried Soefyandi berkata:

    Gempar, anda sekarang sudah diatas bukit. Tugas anda mendaki bukit yang lebih tinggi dan bukan hanya untuk kepentingan anda sendiri, tetapi sebagaimana ayah anda pendakian untuk NKRI.

  19. pencari berkata:

    Calon Presiden pengganti SBY muncul dan mengaku mendapat bisikan ghoib?

    hari gini jaman FaceBook masih ada juga yg mimpi kesiangan?

    nanti yg nyoblos pemilunya om jin yg iklan rokok? KASUS KORUPSI…. HILAAAAANG!…

    🙂

  20. Moch Nachli berkata:

    Satria ketahuan bukan Satrio Piningit gak ada di ramalan Prabu Joyoboyo kalau Satria Piningit itu dari Menado yang ada dari Jawa Tumur.

    Cerita bohong dari awal sampai akhir, banyak yang mengaku Anaknya Pak Karno !

  21. Matthias berkata:

    What’s up to every single one, it’s really a pleasant for me
    to pay a quick visit this website, it consists of valuable Information.

  22. Henry berkata:

    It’s hard to come by knowledgeable people for this subject, but you seem like
    you know what you’re talking about! Thanks

Tinggalkan Balasan ke Heryana Batalkan balasan